The Pursuit of Happyness
Chris tetap
gigih bekerja walaupun semua itu tidak bisa mencukupi kehidupan material
mereka. Namun, lama-kelamaan istrinya Thandie Newton tidak lagi kuat untuk hidup dibawah tekanan
seperti itu. Dia lantas meninggalkan Chris dan putra semata wayang mereka, yang
masih berusia lima tahun, Christopher.
Kini, Chris
hidup sebagai orangtua tunggal. Dia tetap berusaha mencari pekerjaan lebih baik
dengan bakat yang ia miliki. Akhirnya dia mendapatkan sebuah pekerjaan di
sebuah firma broker yang bonafit, sayangnya disana dia tidak digaji. Tapi, ia
tetap gigih mengerjakan semua pekerjaannya, dengan harapan setelah program yang
dia laksanakan selesai, dia akan mendapatkan pekerjaan lain yang lebih baik dan
masa depan yang lebih terjamin.
Sebelum
cita-citanya tercapai, Chris dan Christopher menghadapi masalah lain dalam
hidup mereka. Hal terburuk muncul saat mereka diusir dari apartemen yang selama
ini mereka tempati karena tidak bisa membayar uang sewa. Mereka harus berjuang
untuk hidup di tempat pengungsian, terminal bis, kamar mandi, atau tempat
lainnya yang mereka temui di malam hari.
Meski hidup
mereka semakin sulit, Chris tetap berpegang teguh pada pendiriannya untuk
menjadi ayah yang penyayang untuk anaknya. Berbekal kasih sayang dan rasa
percaya dari Christopher, dia merasa lebih kuat dan mampu menghadapi segala
rintangan yang ada.
Cerita film ini dimulai pada tahun
1981 di San Francisco, California. Linda dan Chris Gardner
hidup di sebuah apartemen kecil bersama anak mereka yang berusia 5 tahun,
Christopher. Chris adalah seorang salesman yang menghabiskan seluruh tabungan
keluarga untuk membeli franchise untuk menjual scanner tulang (Bone
Density Scanner) portable. Scanner ini memang mampu menghasilkan gambar
lebih baik dari X-ray, tetapi kebanyakan dokter yang ditemui Chris beranggapan
bahwa harganya terlalu mahal. Linda, istrinya, bekerja sebagai buruh di sebuah
laundry. Keluarga kecil ini mulai terpecah ketika mereka menyadari bahwa mereka
tak mampu membayar sewa rumah dan tagihan-tagihan yang semakin menumpuk.
Keadaan diperparah oleh kebiasaan Chris yang memarkir mobilnya sembarangan.
Karena tak mampu membayar surat tilang, mobil Chris akhirnya disita. Puncaknya,
Linda pergi meninggalkan Chris dan pergi ke New York City. Awalnya ia hendak membawa serta
Christopher, namun urung atas permintaan Chris.
Dalam keadaan putus asa, Chris tak
sengaja berjumpa dengan seseorang yang membawa Ferari warna merah. Chris
bertanya kepada orang itu, pekerjaan apa yang ia lakukan sehingga mampu membeli
mobil mewah? Orang tersebut menjawab bahwa ia adalah seorang pialang saham. Sejak saat itu Chris memutuskan
untuk berkarier sebagai pialang saham.
Chris menerima tawaran magang tanpa dibayar di sebuah
perusahaan pialang Dean Witter Reynolds yang menjanjikan pekerjaan bagi
peserta magang terbaik. Dalam masa magang yang tak dibayar itu, Chris mulai
kehabisan uang. Akhirnya ia diusir dari rumah sewanya dan menjadi tuna wisma. Selama beberapa hari ia tidur di
tempat-tempat umum, namun kemudian ia memutuskan untuk tidur di rumah
singgah Glide Memorial Chruch. Karena keterbatasan tempat, mereka
harus mengantri untuk mendapatkan kamar. Kadang mereka berhasil, kadang gagal
dan terpaksa tidur diluar. Kemiskinan dan ke-tunawisma-an ini semakin mendorong
tekad Chris untuk menjalankan tugas dengan giat dan mendapatkan pekerjaan diDean Witter Reynolds.
Di akhir cerita, Chris berhasil
menjadi peserta terbaik dan diterima bekerja di sana. Beberapa tahun kemudian,
ia mendirikan perusahaan pialang sendiri, Gardner Rich. Pada tahun 2006, ia menjual sebagian kecil sahamnya
dan berhasil mendapatkan jutaan dolar dari penjualan itu.